Kleptomania adalah gangguan kesehatan mental yang kompleks dan sering disalahpahami yang ditandai dengan dorongan berulang untuk mencuri barang-barang yang tidak diperlukan untuk keperluan pribadi atau keuntungan uang. Penderita kleptomania mengalami perasaan tegang atau terangsang sebelum melakukan pencurian, diikuti rasa lega atau kepuasan sementara sesudahnya. Meskipun mengetahui bahwa perilaku mencuri itu salah atau ilegal, penderita kleptomania merasa sulit untuk menolak dorongan tersebut, sehingga menyebabkan tekanan dan gangguan yang signifikan di berbagai bidang kehidupan.
Jenis-jenis kleptomania
Kleptomania biasanya muncul sebagai kelainan tunggal, namun dapat bermanifestasi dalam berbagai cara tergantung pada keadaan individu dan faktor yang mendasarinya. Meskipun mungkin tidak ada “jenis” kleptomania yang berbeda seperti halnya gangguan kesehatan mental lainnya yang memiliki subtipe, seperti berbagai bentuk depresi atau kecemasan, terdapat variasi dalam cara kleptomania diungkapkan dan dialami oleh setiap individu.
A. Kleptomania murni
Ini adalah bentuk klasik kleptomania yang ditandai dengan dorongan berulang untuk mencuri barang-barang yang biasanya tidak bernilai atau bahkan tidak diperlukan lagi oleh individu. Tindakan mencuri lebih didorong oleh dorongan hati atau keterpaksaan, bukan keinginan terhadap barang curian itu sendiri. Kleptomania murni ditandai dengan rasa tegang atau terangsang sebelum melakukan pencurian, diikuti rasa lega atau kepuasan sementara setelahnya.
B. Kleptomania sekunder
Dalam beberapa kasus, kleptomania dapat terjadi akibat kondisi atau faktor kesehatan mental lainnya. Misalnya, individu dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD), gangguan bipolar, atau gangguan penyalahgunaan zat mungkin mengalami episode kleptomania sebagai akibat dari pemicu tertentu atau episode tekanan emosional yang meningkat. Kleptomania sekunder dapat muncul dengan gejala atau perilaku tambahan yang berhubungan dengan kondisi yang mendasarinya.
Penyebab kleptomania
Penyebab pasti kleptomania masih belum jelas, namun penelitian menunjukkan bahwa kombinasi faktor biologis, psikologis, dan lingkungan mungkin berkontribusi terhadap perkembangannya. Memahami penyebab potensial ini dapat memberikan wawasan tentang sifat kompleks dari gangguan ini.
A. Faktor biologis
Ada bukti yang menunjukkan bahwa faktor genetik dan neurobiologis berperan dalam kleptomania. Penelitian telah menunjukkan bahwa individu dengan riwayat keluarga dengan gangguan kontrol impuls, termasuk kleptomania, mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena kondisi tersebut. Selain itu, penelitian neuroimaging telah mengidentifikasi kelainan di area otak yang terkait dengan kontrol impuls dan pemrosesan penghargaan pada individu dengan kleptomania, yang menunjukkan perbedaan mendasar dalam fungsi otak.
B. Faktor psikologi
Teori psikologis menyatakan bahwa kleptomania dapat berkembang sebagai mekanisme koping yang maladaptif untuk mengelola stres, kecemasan, atau konflik psikologis yang belum terselesaikan. Pengalaman traumatis atau kejadian buruk pada masa kanak-kanak, seperti penelantaran, pelecehan, atau kehilangan, dapat berkontribusi terhadap timbulnya kleptomania pada individu yang rentan. Selain itu, individu dengan kleptomania mungkin mengalami kondisi kesehatan mental yang terjadi bersamaan seperti depresi, gangguan kecemasan, atau gangguan kepribadian, yang dapat memperburuk gejala dan mempersulit pengobatan.
C. Faktor kognitif
Teori kognitif kleptomania menunjukkan bahwa pemikiran dan keyakinan yang menyimpang tentang mencuri dapat berkontribusi pada perkembangan atau pemeliharaan gangguan tersebut. Misalnya, individu dengan kleptomania mungkin membenarkan atau merasionalisasi perilaku mencuri mereka melalui distorsi kognitif seperti minimisasi (“Ini hanya barang kecil, tidak masalah”) atau pemberian hak (“Saya pantas mendapatkannya”). Terapi perilaku kognitif (CBT) bertujuan untuk mengidentifikasi dan menantang distorsi kognitif ini untuk mendorong pola berpikir yang lebih adaptif dan mengurangi perilaku mencuri.
D. Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan, seperti dinamika keluarga, hubungan teman sebaya, atau paparan terhadap perilaku yang berhubungan dengan pencurian, juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan kleptomania. Misalnya, tumbuh di lingkungan di mana mencuri adalah hal yang normal atau dibolehkan dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya kleptomania. Selain itu, peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, kesulitan keuangan, atau tekanan sosial dapat memicu atau memperburuk perilaku mencuri pada individu yang rentan.
e. Model biopsikososial
Model biopsikososial kleptomania mengintegrasikan faktor biologis, psikologis, dan sosial untuk memahami sifat gangguan yang beragam. Menurut model ini, kleptomania muncul dari interaksi kecenderungan genetik, kerentanan neurobiologis, proses psikologis, dan pengaruh lingkungan. Pengalaman setiap individu terhadap kleptomania adalah unik, dipengaruhi oleh interaksi yang kompleks dari faktor-faktor ini.
Gejala kleptomania
Kleptomania ditandai dengan serangkaian gejala spesifik yang melibatkan perilaku mencuri berulang dan kesulitan dalam menolak dorongan atau dorongan untuk mencuri. Gejala-gejala ini dapat bervariasi dalam tingkat keparahan dan dapat menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan di berbagai bidang kehidupan.
A. Dorongan berulang untuk mencuri
Penderita kleptomania mengalami dorongan atau desakan yang intens dan berulang untuk mencuri barang-barang yang biasanya tidak bernilai atau bahkan tidak bernilai sama sekali dan seringkali tidak dibutuhkan oleh individu tersebut. Dorongan ini mungkin disertai dengan perasaan tegang, gembira, atau terangsang yang mengarah pada pencurian.
B. Ketidakmampuan untuk menolak impuls
Meskipun mengetahui bahwa perilaku mencuri itu salah atau ilegal dan mengalami perasaan bersalah, malu, atau cemas setelahnya, penderita kleptomania merasa kesulitan untuk menolak atau mengendalikan keinginan mencuri. Mereka mungkin berulang kali gagal menghentikan atau mengurangi perilaku mencuri.
C. Mencuri tanpa perencanaan
Tidak seperti pencurian atau pengutilan pada umumnya, yang seringkali melibatkan perencanaan atau persiapan yang telah direncanakan sebelumnya, kleptomania ditandai dengan pencurian impulsif dan mendadak tanpa perencanaan atau pertimbangan sebelumnya. Pencurian ini didorong oleh desakan yang tiba-tiba dan tidak dapat ditolak, bukan karena pengambilan keputusan yang rasional.
D. Barang curian yang nilainya kecil
Barang-barang yang dicuri oleh penderita kleptomania biasanya tidak mempunyai nilai atau tidak ada gunanya dan mungkin tidak mempunyai kegunaan praktis atau signifikansi bagi individu tersebut. Barang-barang yang biasa dicuri termasuk barang-barang kecil dan murah seperti pulpen, kosmetik, makanan ringan, atau aksesoris pakaian.
e. Rasa lega atau puas
Setelah pencurian, penderita kleptomania mungkin merasakan perasaan lega, puas, atau senang untuk sementara waktu. Tindakan mencuri memberikan pelarian singkat dari perasaan tegang, cemas, atau tekanan emosional yang mendasarinya, meskipun kelegaan ini hanya berlangsung sebentar dan sering kali diikuti oleh perasaan bersalah atau penyesalan.
F. Perilaku menimbun
Beberapa individu dengan kleptomania mungkin menunjukkan kecenderungan menimbun, mengumpulkan barang curian tanpa kegunaan atau nilai praktis. Barang yang dicuri mungkin disembunyikan atau disimpan, dan orang tersebut mungkin mengalami kesulitan untuk membuangnya, meskipun barang tersebut tidak ada gunanya.
G. Perilaku rahasia
Penderita kleptomania sering kali melakukan perilaku mencuri secara diam-diam, menyembunyikan tindakannya dari anggota keluarga, teman, atau pihak berwenang. Mereka mungkin berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan perilaku mencurinya, seperti menghindari deteksi oleh kamera keamanan atau petugas toko.
H. Distress atau gangguan
Kleptomania dapat menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk kesulitan sosial, pekerjaan, atau hukum. Perilaku mencuri dapat menyebabkan masalah dalam hubungan, hilangnya kepercayaan, masalah keuangan, atau konsekuensi hukum seperti penangkapan atau penuntutan.
Tahapan kleptomania
Memahami tahapan kleptomania dapat memberikan wawasan mengenai perkembangan gangguan ini dan membantu individu mengenali perilaku bermasalah sejak dini. Meskipun tahapan kleptomania dapat bervariasi antar individu dan tingkat keparahan gangguannya, ada pola umum yang dialami banyak penderita kleptomania.
A. Peristiwa pemicu
Permulaan kleptomania sering kali dimulai dengan peristiwa pemicu yang menimbulkan perasaan tegang, cemas, atau tekanan emosional pada individu. Pemicu ini mungkin bersifat internal (misalnya stres, kebosanan, depresi) atau eksternal (misalnya paparan terhadap isyarat terkait pencurian, konflik dalam hubungan). Peristiwa pemicunya berfungsi sebagai katalisator munculnya dorongan untuk mencuri, memberikan pelarian sementara atau kelegaan dari emosi negatif.
B. Mendesak intensifikasi
Seiring dengan berkembangnya peristiwa pemicunya, dorongan untuk mencuri semakin meningkat, dan menjadi semakin sulit untuk dilawan atau dikendalikan. Individu dengan kleptomania mungkin mengalami perasaan gembira, antisipasi, atau gairah ketika keinginan untuk mencuri menjadi lebih jelas.
C. Perencanaan dan persiapan
Selama tahap ini, individu mungkin terlibat dalam perencanaan dan persiapan untuk pencurian, meskipun perencanaannya mungkin minimal atau impulsif. Mereka mungkin mengidentifikasi target potensial, menilai risiko tertangkap, dan menyusun strategi cara untuk melakukan pencurian tanpa terdeteksi.
D. Tindakan pencurian
Tindakan pencurian terjadi ketika individu menyerah pada keinginan yang sangat besar untuk mencuri dan melakukan pencurian tersebut. Pencurian dapat terjadi di berbagai tempat, seperti toko, tempat kerja, atau pertemuan sosial, dan mungkin melibatkan barang-barang yang bernilai kecil atau tidak bernilai sama sekali yang dipilih secara impulsif.
e. Kepuasan segera
Setelah pencurian, individu dengan kleptomania mungkin langsung merasakan kepuasan, kelegaan, atau kesenangan. Tindakan mencuri memberikan kelegaan sementara dari perasaan tegang atau cemas yang mendasarinya, sehingga memperkuat siklus perilaku mencuri.
F. Konsekuensi pasca pencurian
Setelah pencurian, individu mungkin mengalami berbagai emosi, termasuk rasa bersalah, malu, atau penyesalan, serta kecemasan tentang potensi konsekuensi dari tindakan mereka. Mereka mungkin berusaha untuk menyembunyikan atau merasionalisasikan perilaku mereka, meminimalkan dampak pencurian, atau menghindari deteksi dengan membuang barang curian atau menyangkal keterlibatan jika dihadapkan.
G. Siklus pengulangan
Meskipun ada konsekuensi negatif atau upaya untuk menahan keinginan mencuri, penderita kleptomania sering kali terjebak dalam siklus perilaku mencuri yang berulang. Siklus ini dapat berlanjut ketika individu mencari pemicu atau peluang baru untuk mencuri, sehingga melanggengkan gangguan tersebut seiring berjalannya waktu dan menyebabkan peningkatan tingkat kesusahan dan gangguan.
Diagnosis kleptomania
Mendiagnosis kleptomania melibatkan evaluasi komprehensif oleh ahli kesehatan mental yang berkualifikasi, biasanya psikiater atau psikolog, untuk menilai gejala individu, riwayat kesehatan, dan faktor mendasar yang berkontribusi terhadap gangguan tersebut. Meskipun tidak ada tes laboratorium khusus atau studi pencitraan untuk mendiagnosis kleptomania, proses diagnosis mungkin melibatkan beberapa langkah.
A. Penilaian klinis
Proses diagnostik dimulai dengan penilaian klinis menyeluruh, di mana ahli kesehatan mental melakukan wawancara terperinci dengan individu untuk mengumpulkan informasi tentang gejala, perilaku, dan riwayat pribadi mereka. Dokter mungkin bertanya tentang frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan perilaku mencuri, serta pemicu atau pola apa pun yang terkait dengan pencurian tersebut. Penting bagi dokter untuk membangun hubungan saling percaya dan tidak menghakimi dengan individu untuk mendorong komunikasi terbuka dan pelaporan gejala yang akurat.
B. Tinjauan riwayat kesehatan
Dokter akan meninjau riwayat kesehatan individu, termasuk kondisi medis di masa lalu atau saat ini, pengobatan, atau penggunaan narkoba yang mungkin relevan dengan gambaran kleptomania. Kondisi medis tertentu, seperti cedera otak, kelainan neurologis, atau kelainan akibat zat, dapat menyerupai gejala kleptomania atau berkontribusi pada berkembangnya masalah pengendalian impuls.
C. Evaluasi psikiatris
Evaluasi psikiatris dilakukan untuk menilai adanya kondisi kesehatan mental yang mungkin berkontribusi atau memperburuk gejala kleptomania. Gangguan umum yang terjadi bersamaan termasuk gangguan mood (misalnya depresi, gangguan bipolar), gangguan kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dan gangguan kepribadian.
D. Kriteria diagnostik
Diagnosis kleptomania didasarkan pada kriteria spesifik yang diuraikan dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5), yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association. Menurut kriteria DSM-5, kleptomania ditandai dengan episode berulang pencurian benda-benda yang tidak diperlukan untuk penggunaan pribadi atau nilai uang, disertai dengan rasa tegang atau terangsang sebelum pencurian dan perasaan puas atau lega setelahnya. Perilaku mencuri tidak lebih baik disebabkan oleh gangguan kesehatan mental, gangguan penggunaan narkoba, atau kondisi medis lainnya, dan tidak dimotivasi oleh kemarahan, balas dendam, atau halusinasi.
e. Perbedaan diagnosa
Penting bagi dokter untuk membedakan kleptomania dari kondisi lain yang mungkin melibatkan perilaku mencuri atau masalah pengendalian impuls. Diagnosis banding mungkin termasuk gangguan perilaku, gangguan kepribadian antisosial, gangguan penggunaan narkoba, gangguan kontrol impuls lainnya (misalnya gangguan ledakan intermiten, pyromania), atau pencurian yang terjadi dalam konteks episode manik atau keyakinan delusi.
F. Informasi jaminan
Memperoleh informasi tambahan dari anggota keluarga, teman, atau sumber lain dapat memberikan wawasan tambahan mengenai perilaku, fungsi, dan hubungan interpersonal individu. Informasi tambahan dapat membantu menguatkan gejala yang dilaporkan sendiri, mengidentifikasi pola perilaku, dan menilai dampak kleptomania pada berbagai aspek kehidupan individu.
G. Penilaian multidisiplin
Tergantung pada kebutuhan dan keadaan spesifik individu, proses diagnostik mungkin melibatkan kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, seperti dokter perawatan primer, ahli saraf, atau spesialis kecanduan, untuk menyingkirkan kondisi medis atau mengatasi masalah yang terjadi bersamaan.
H. Pertimbangan budaya
Dokter harus mempertimbangkan faktor budaya dan norma yang dapat mempengaruhi presentasi dan interpretasi gejala, serta sikap dalam mencari bantuan atau mengungkapkan informasi sensitif terkait kleptomania.
Pencegahan kleptomania
Mencegah kleptomania melibatkan penanganan faktor risiko yang mendasarinya, mendorong strategi penanggulangan yang sehat, dan menciptakan lingkungan yang mendukung yang mengurangi kemungkinan terlibat dalam perilaku mencuri. Meskipun kleptomania tidak dapat dicegah sepenuhnya, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh individu, keluarga, komunitas, dan penyedia layanan kesehatan untuk mengurangi risiko berkembang atau memperburuk gangguan tersebut.
A. Manajemen stres
Mempelajari teknik manajemen stres yang efektif dapat membantu individu mengatasi emosi yang sulit dan mengurangi risiko beralih ke perilaku maladaptif seperti mencuri sebagai cara untuk melepaskan diri. Teknik seperti meditasi kesadaran, latihan pernapasan dalam, relaksasi otot progresif, atau melakukan aktivitas yang menyenangkan dapat membantu individu mengelola stres dengan cara yang sehat.
B. Keterampilan mengatasi masalah yang sehat
Mengajari individu keterampilan mengatasi masalah yang sehat dan strategi pemecahan masalah dapat memberdayakan mereka untuk mengatasi penyebab atau pemicu stres tanpa harus melakukan perilaku mencuri. Mendorong komunikasi terbuka, pelatihan ketegasan, dan keterampilan resolusi konflik dapat membantu individu mengekspresikan kebutuhan dan emosi mereka dengan cara yang konstruktif.
C. Dukungan sosial
Menumbuhkan jaringan dukungan sosial yang kuat dapat memberikan individu rasa memiliki, validasi, dan dorongan untuk mencari bantuan dan terlibat dalam perilaku sehat. Mendorong hubungan sosial yang positif dengan keluarga, teman, teman sebaya, atau kelompok pendukung dapat menahan perasaan terisolasi atau kesepian dan mengurangi risiko terlibat dalam perilaku mencuri.
D. Pendidikan dan kesadaran
Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang kleptomania dapat membantu mengurangi stigma, mendorong pengenalan gejala secara dini, dan mendorong individu untuk mencari bantuan saat diperlukan. Memberikan pendidikan tentang tanda-tanda dan konsekuensi kleptomania di sekolah, tempat kerja, dan lingkungan masyarakat dapat membantu meningkatkan kesadaran dan menumbuhkan empati serta dukungan bagi individu yang terkena dampak.
e. Manajemen keuangan
Mempromosikan literasi keuangan dan keterampilan pengelolaan uang yang bertanggung jawab dapat membantu individu membuat keputusan yang tepat mengenai pengeluaran dan mengurangi godaan untuk mencuri karena kebutuhan finansial. Menawarkan konseling keuangan atau program bantuan kepada individu yang mengalami kesulitan keuangan dapat membantu mengatasi penyebab stres dan mengurangi risiko perilaku mencuri.
F. Pengendalian lingkungan
Menerapkan pengendalian lingkungan, seperti meningkatkan langkah-langkah keamanan di lingkungan ritel atau memantau akses ke area berisiko tinggi, dapat membantu mencegah perilaku mencuri dan mengurangi peluang pencurian. Memberikan pelatihan dan dukungan bagi karyawan mengenai strategi pencegahan pencurian dan mengenali tanda-tanda peringatan kleptomania dapat membantu menciptakan lingkungan yang aman dan terlindungi.
G. Intervensi dini
Mengidentifikasi dan mengatasi faktor risiko atau tanda-tanda awal kleptomania melalui program intervensi dini atau pemeriksaan kesehatan mental dapat membantu mencegah meningkatnya perilaku mencuri dan mengurangi dampak gangguan tersebut. Mendorong individu untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental ketika ada tanda-tanda awal kesusahan atau perilaku bermasalah dapat memfasilitasi intervensi dan dukungan yang tepat waktu.
H. Pengobatan untuk gangguan yang terjadi bersamaan
Mengatasi kondisi kesehatan mental atau gangguan penggunaan narkoba yang mungkin berkontribusi atau memperburuk kleptomania dapat membantu mengurangi risiko berkembangnya gangguan tersebut. Memberikan pendekatan pengobatan terpadu yang mengatasi kleptomania dan kondisi yang terjadi bersamaan dapat meningkatkan hasil pengobatan dan mendorong pemulihan jangka panjang.
Pengobatan kleptomania
Perawatan kleptomania biasanya melibatkan kombinasi psikoterapi, pengobatan, dan strategi dukungan yang bertujuan mengatasi faktor-faktor yang mendasari dan mengurangi perilaku mencuri. Tujuan pengobatan adalah untuk membantu individu mendapatkan wawasan tentang gejala yang mereka alami, mengembangkan strategi penanggulangan, dan meningkatkan kontrol impuls untuk mengelola dorongan untuk mencuri secara efektif.
Sebuah. Psikoterapi
- Terapi Perilaku Kognitif (CBT): CBT adalah pendekatan yang banyak digunakan dan berbasis bukti untuk mengobati kleptomania. Hal ini berfokus pada mengidentifikasi dan menantang pemikiran dan keyakinan yang menyimpang terkait dengan pencurian, sekaligus mengembangkan strategi penanggulangan alternatif. Tekniknya mencakup restrukturisasi kognitif, eksperimen perilaku, dan pencegahan paparan/respons untuk mengelola pemicu dan impuls secara efektif.
- Terapi Perilaku Dialektis (DBT): DBT, suatu bentuk khusus CBT, menekankan perhatian, toleransi terhadap tekanan, pengaturan emosi, dan keterampilan interpersonal. Ini mungkin bermanfaat bagi individu dengan kleptomania yang berjuang dengan disregulasi emosi atau impulsif. DBT mengajarkan kewaspadaan untuk meningkatkan kesadaran akan pikiran dan dorongan, serta keterampilan toleransi terhadap tekanan untuk mengatasi pemicu tanpa harus mencuri.
- Terapi Penerimaan dan Komitmen (ACT): ACT bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas psikologis dan tindakan berbasis nilai dengan menerima pikiran dan perasaan yang tidak diinginkan sambil melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai-nilai pribadi. ACT membantu individu mengembangkan sikap welas asih terhadap emosi mereka, mengurangi kebutuhan untuk mencuri sebagai mekanisme penanggulangannya. Tekniknya meliputi latihan kesadaran, klarifikasi nilai, dan perencanaan tindakan.
- Terapi psikodinamik mengeksplorasi konflik bawah sadar, pengalaman awal kehidupan, dan pola interpersonal yang berkontribusi terhadap kleptomania. Terapis membantu individu mendapatkan wawasan tentang motivasi di balik perilaku mencuri, mengeksplorasi keterikatan, identitas, dan konflik yang belum terselesaikan. Dengan mengungkap proses bawah sadar dan pengalaman masa lalu, terapi psikodinamik mengatasi akar penyebab kleptomania.
B. Pengobatan
- Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs): SSRI, yang biasa digunakan untuk mengobati depresi dan gangguan kecemasan, telah menunjukkan efektivitas dalam mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan perilaku mencuri pada individu dengan kleptomania. Contohnya termasuk fluoxetine (Prozac), sertraline (Zoloft), dan escitalopram (Lexapro).
- Penstabil suasana hati: Penstabil suasana hati seperti litium atau antikonvulsan (misalnya valproat, lamotrigin) dapat diresepkan untuk membantu mengatur suasana hati dan perilaku impulsif pada individu dengan kleptomania, terutama mereka yang mengalami gangguan suasana hati atau impulsif yang terjadi bersamaan.
- Naltrexone: Naltrexone, antagonis opioid yang digunakan untuk mengobati ketergantungan alkohol dan opioid, terbukti menjanjikan dalam mengurangi perilaku mencuri pada beberapa individu dengan kleptomania. Diperkirakan memodulasi sistem penghargaan otak dan mengurangi efek pencurian yang menguatkan.
C. Intervensi suportif
- Kelompok pendukung: Berpartisipasi dalam kelompok dukungan atau intervensi swadaya dapat memberikan individu dengan kleptomania rasa kebersamaan, validasi, dan dorongan untuk tidak melakukan perilaku mencuri. Berbagi pengalaman dan strategi mengatasi masalah dengan orang lain yang memahaminya dapat memberdayakan dan memotivasi.
- Terapi keluarga: Melibatkan anggota keluarga dalam terapi dapat membantu meningkatkan komunikasi, mengatasi dinamika keluarga yang mungkin berkontribusi terhadap perkembangan atau pemeliharaan kleptomania, dan memberikan dukungan bagi individu dalam pemulihan.
- Konseling keuangan: Konseling keuangan atau program pengelolaan utang mungkin bermanfaat bagi individu yang mengalami kesulitan keuangan akibat kleptomania. Mengatasi tekanan finansial dapat mengurangi pemicu perilaku mencuri dan meningkatkan stabilitas.
D. Intervensi perilaku
Intervensi perilaku seperti manajemen kontingensi atau pelatihan pembalikan kebiasaan dapat digunakan untuk menargetkan perilaku spesifik yang terkait dengan kleptomania. Teknik-teknik ini melibatkan identifikasi pendahuluan dan konsekuensi dari perilaku mencuri dan menerapkan strategi untuk mengubah pola perilaku. Misalnya, individu mungkin diajarkan untuk mengenali tanda-tanda peringatan dini akan adanya dorongan untuk mencuri dan melakukan perilaku alternatif (misalnya, teknik relaksasi, aktivitas menenangkan diri) untuk mengatasi dorongan tersebut tanpa harus mencuri.
e. Mengatasi kondisi yang terjadi bersamaan
Mengatasi kondisi kesehatan mental atau gangguan penggunaan narkoba yang mungkin berkontribusi atau memperburuk kleptomania merupakan aspek penting dalam pengobatan. Pendekatan pengobatan terpadu yang mengatasi kleptomania dan kondisi yang terjadi bersamaan dapat meningkatkan hasil pengobatan dan mendorong pemulihan jangka panjang.
Kesimpulan
Kleptomania adalah gangguan kesehatan mental kompleks yang ditandai dengan perilaku mencuri berulang kali yang didorong oleh desakan atau dorongan hati yang tidak dapat ditolak. Individu dengan kleptomania sering mengalami tekanan dan gangguan yang signifikan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk kesulitan hukum, keuangan, dan interpersonal. Dengan meningkatkan kesadaran, pemahaman, dan intervensi dini, stigma yang terkait dengan kleptomania dapat dikurangi dan akses terhadap pengobatan yang efektif serta layanan dukungan bagi individu yang terkena gangguan ini dapat ditingkatkan.